Sungguh terharu saya membaca kisah Lanra (70), pria asal Dusun Bontolenre, Desa Watangpalakka, Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone, yang ditelantarkan di tengah kebun akibat seluruh tubuhnya ditumbuhi kutil.
Inilah potret keseharian bangsa Indonesia. Tantanan hidup sosial yang dipisah-pisahkan telah menjadi sebuah budaya ditengah masyarakat. Fakta bahwa banyak orang susah danmiskin secara materi memang tak bisa di pungkiri lagi. Namun yang paling menyedihkan ialah pernyataan para pejabat negri yang seringkali menyangkutpautkan program-program pemerintah dengan keberadaan saudar-saudara kita yang kurang mampu itu.
Kondisi ekonomi yang berada di bawah standart rata2 ekonomi nasional telah manjadikan mereka sebagai objek politisasi demi mempertahankan tampuk kekuasaan yang korup. Aksi dan suara para tokoh nasional yang pro rakyat bukan tak terdengar lagi tetapi telah menjadi angin lalu ditelinga pemerintah; "berikan modal kerja, galakkan industri kecil, jangan memberitakan BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang akan habis dalam 2 minggu. Berikan umpan jangan ikannya"
Pemerintah lebih mencintai kekuasaan politiknya daripada kesejahteraan rakyat.
Pembaca Kompas adalah segelintir orang yang peduli pada sesamanya rakyat Indonesia yang kurang mampu.
Simak beritanya;
BONE, KOMPAS.com — Setelah Kompas.com menulis kisah Lanra (70), pria asal Dusun Bontolenre, Desa Watangpalakka, Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone, yang ditelantarkan di tengah kebun akibat seluruh tubuhnya ditumbuhi kutil, banyak pembaca berniat membantunya.
Setelah sebelumnya mendapat sumbangan dari pembaca, kini untuk kedua kalinya lansia yang hidup sendiri itu kembali mendapat santunan senilai dua juta rupiah dari pembaca Kompas.com. Saat uang Rp 2.000.000 tersebut diserahkan kepada Lanra pada Kamis (12/04/2012), kakek ini langsung gemetaran dan terduduk di kubangan yang ada di depan gubuk berukuran 2 x 3 meternya.
Karena gemetar, uang yang disampaikan kepadanya sempat terjatuh sehingga sejumlah warga yang turut menyaksikan pemberian bantuan tersebut membantu memungut uang.
"Kenapa banyak sekali kalau dua juta, yang dulu saja belum habis saya belanja," ujar Lanra memperlihatkan beras dua karung yang dibelinya setelah mendapatkan sumbangan pertama dari pembaca sebesar Rp 500.000.
Saat beberapa orang bertanya akan diapakan uang sumbangan tersebut, Lanra segera memasuki gubuknya, mengambil baju dan berniat ke puskesmas untuk melakukan pengobatan. "Saya mau pergi suntik di dokter," ujar Lanra kepada warga.
TERIMA KASIH KOMPAS. Terimakasih Indonesia! Jayalah Ibu Pertiwi
No comments:
Post a Comment